Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut,
menuntut suatu perubahan yang besar di dalam sistem pendidikan nasional.
Seperti kita ketahui pendidikan kita merupakan warisan dari sistem
pendidikan yang lama yang isinya adalah menghafal fakta-fakta tanpa
arti. Proses pendidikannya juga hanya seperti menuangkan air di dalam
botol sehingga tidak ada efeknya di dalam kemampuan untuk mencari
sesuatu dan mencipatakan sesuatu yang baru. Sistem pendidikan nasional
yang baik harus dapat menyajikan pendidikan bermutu karena pendidikan
bertujuan mentransfer tata nilai dan kemampuan kepada pihak lain
sehingga diharapkan dapat mencari dan menciptakan sesuatu yang baru.
Teknologi komunikasi dan informasi yang terus berkembang cenderung akan
mempengaruhi segenap bidang kehidupan temasuk bidang pendidikan dan
pelatihan yang akan semakin banyak diwarnai oleh teknologi komunikasi
dan informasi. Secara khusus untuk pendidikan dan pelatihan akan
dirasakan adanya beberapa kecendrungan, diantaranya :
(a) bergesernya pendidikan dan pelatihan dari sistem berorientasi
pada guru/dosen/lembaga ke sistem yang berorientasi pada
siswa/mahasiswa/peserta didik.
(b) tumbuh dan makin memasyarakatnya pendidikan terbuka/jarak jauh.
(c) semakin banyaknya pilihan sumber belajar yang tersedia.
(d) diperlukannya standar kualitas global dalam rangka persaingan global dan
(e) semakin diperlukannya pendidikan sepanjang hayat (life long
learning).Aplikasi teknologi komunikasi dan informasi telah memungkinkan
terciptanya lingkungan belajar global yang berhubungan dengan jaringan
yang menempatkan siswa di tengah-tengah proses pembelajaran, dikelilingi
oleh berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik. Untuk itu,
sistem pendidikan konvensional seharusnya menunjukkan sikap yang
bersahabat dengan alternatif cara belajar yang baru yang sarat dengan
teknologi.
Masalah utama yang dihadapi bangsa kita, khususnya dalam bidang
pendidikan dalam menghadapi era globalisasi (terutama pasar global)
adalah rendahnya tingkat kualitas sumber daya manusia. Kecenderungan ini
menuntut kita agar lebih proaktif dalam meningkatkan profesionalisme
tenaga kerja di dalam bidang pendidikan, hanya dengan tingkat kemampuan
profesionalisme yang handal, dapat mempengaruhi budaya pendidikan dari
manajemen sumber daya manusia yang tradisional menuju manajemen yang
lebih modern.A. Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah
data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang
berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang
digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan
merupakan informasi yang strategis untuk mengambil keputusan.
Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data,
sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang
lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan
agar data dapat disebar dan diakses secara global.
Arti teknologi informasi bagi dunia pendidikan seharusnya berarti
tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan
program pendidikan. Pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang
pendidikan sudah merupakan kelaziman. Membantu menyediakan komputer dan
jaringan yang menghubungkan rumah murid dengan ruang kelas, guru, dan
administrator sekolah. Semuanya dihubungkan ke internet, dan para guru
dilatih menggunakan komputer pribadi.
Teknologi komunikasi merupakan perluasan dari ilmu komunikasi dengan
basis teknologi seperti wireless, internet, faximille, komputer dan
sebagainya. Dengan adanya teknologi tersebut diharapkan tidak ada lagi
batasan waktu/jarak dalam berkomunikasi.
Teknologi informasi dan teknologi komunikasi tidak dapat dipisahkan.
Keduanya saling mendukung. Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi
teknologi informasi dan teknologi komunikasi ini adalah mendapatkan
informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan,
hobi, rekreasi dan rohani. Kemudian untuk profesi seperti sains,
teknologi, perdagangan, berita, bisnis, dan asosiasi profesi.
Perkembangan teknologi informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan,
dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini
dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh
berbagai kebutuhan secara elektronik.
B. Dunia Pendidikan Konvensional
Secara umum dunia pendidikan memang belum pernah benar-benar
menjadi wacana yang publik di Indonesia, dalam arti dibicarakan
secara luas oleh berbagai kalangan baik yang bersentuhan langsung
maupun tidak langsung dengan urusan pendidikan. Namun demikian, bukan
berarti bahwa permasalahan ini tidak pernah menjadi perhatian.
Apabila kita amati dengan seksama, apa sebenarnya yang menjadi inti
permasalahan pada dunia pendidikan? Berbagai hal dapat saja
dipersalahkan sebagai pokok masalah yang menghambat kemajuan dunia
pendidikan di Indonesia, Namun demikian, yang jelas-jelas dapat kita
temukan sebagai suatu kecacatan ialah proses belajar mengajar
konvensional yang mengandalkan tatap muka antara guru dan murid, dosen
dan mahasiswa, pelatih dengan peserta latihan, bagaimanapun merupakan
sasaran empuk yang paling mudah menjadi sasaran bagi suara-suara kritis
yang menghendaki peningkatan kualitas pada dunia pendidikan.
Ketidakefektifan adalah kata yang paling cocok untuk sistem ini, sebab
seiring dengan perkembangan zaman, pertukaran informasi menjadi semakin
cepat dan instan, namun institut yang masih menggunakan sistem
tradisional ini mengajar (di jenjang sekolah tinggi kita anggap
memberikan informasi) dengan sangat lambat dan tidak seiring dengan
perkembangan IT. Sistem konvensional ini seharusnya sudah ditinggalkan
sejak ditemukannya media komunikasi multimedia. Karena sifat internet
yang dapat dihubungi setiap saat, artinya siswa dapat memanfaatkan
program-program pendidikan yang disediakan di jaringan Internet kapan
saja sesuai dengan waktu luang mereka sehingga kendala ruang dan waktu
yang mereka hadapi untuk mencari sumber belajar dapat teratasi. Dengan
perkembangan pesat di bidang telekomunikasi, multimedia, dan informasi,
mendengarkan ceramah, mencatat di atas kertas sudah tentu ketinggalan
jaman.
C. Peran Teknologi informasi dan teknologi komunikasi
Penggunaan teknologi informasi khususnya komputer kini sudah menjadi
mata pelajaran wajib disekolah-sekolah, mulai sekolah dasar hingga ke
sekolah lanjutan atas dan sekolah kejuruan. Namun, demikian yang paling
besar pengaruhnya adalah di Perguruan Tinggi, dimana hampir semua
perguruan tinggi di Indonesia sudah memanfaatkan teknologi ini dalam
perkuliahannya, baik melalui tatap muka maupun secara online. Sebagai
contoh seorang dosen dalam menyampaikan materinya tidaknya hanya
mengandalkan media konvensional saja, melainkan sudah menggunakan unsur
teknologi di dalamnya. Biasanya seorang dosen atau guru di Perguruan
Tinggi tertentu dalam menyampaikan materi kuliah ditampilkan dalam
bentuk slide presentasi dengan bantuan komputer.
Dengan teknologi jaringan tersebut tidak hanya mata kuliah atau bidang
studi saja yang bisa memanfaatkan teknologi tinggi ini, melainkan hampir
sebagian besar proses belajar mengajar termasuk BK (Bimbingan
Konseling) atau Bimbingan Karier sudah bisa bisa memanfaatkan teknologi
tinggi ini.
D. Implikasi Teknologi Informasi Pada Pendidikan
Sejarah IT dan internet tidak dapat dilepaskan dari bidang pendidikan.
Internet di Amerika mulai tumbuh dari lingkungan akademis (NSFNET).
Demikian pula Internet di Indonesia mulai tumbuh di lingkungan akademis
(UI dan ITB), dan perlu diperbanyak lagi cerita tentang manfaat internet
bagi bidang pendidikan.
Adanya internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses.
Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi masalah lagi. Perpustakaan
merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. Adanya
internet memungkinkan seseroang di Indonesia untuk mengakses
perpustakaan di Amerika Serikat. Mekanisme akses perpustakaan dapat
dilakukan dengan menggunakan program khusus, aplikasi telnet atau
melalui web browser (Netscape dan Internet Explorer). Sudah banyak
tentang pertolongan internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar
menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui
internet. Tanpa adanya internet banyak tugas akhir dan thesis yang
mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan
dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang
lebih terbuka. Sebagai contoh kita melihat di Perancis proyek “Flexible
Learning” Dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa
mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam,
multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja dan kompetitif.
Kecenderungan dunia pendidikan di Indonesia mendatang adalah:
1. Berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (Distance Learning)
2. Kemudahan untuk menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh perlu dimasukkan sebagai strategi utama.
3. Sharing resource bersama antar lembaga pendidikan/latihan dalam sebuah jaringan.
4. Perpustakaan dan instrument pendidikan lainnya (guru,
laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada sekedar
rak buku.
5. Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif, seperti
CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan
Video
Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Informasi/Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK), telah memberikan pengaruh terhadap dunia
pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg
(2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada 5 (lima) pergeseran
dalam proses pembelajaran yaitu :
(1) dari pelatihan ke penampilan,
(2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
(3) dari kertas ke “on line” atau saluran,
(4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
(5) dari waktu siklus ke waktu nyata.
Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan
media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dana
lainnya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui
hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media
tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung
dengan siswa. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang
disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran
yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin
populer saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan
menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.
Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di
penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan
dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai
aspek dan dimensi.
Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah
menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat
mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan.
Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok
manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global.
Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan
pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. TKI telah mengubah
wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional
yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik
di kelas maupun di luar kelas. Di masa-masa mendatang, arus informasi
akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di
seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan
kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi
demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat
tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat
bantu utama.
Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan
oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting: The Mind Starts at
School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era
millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti
sekarang ini yaitu ; dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana
tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan
kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber
classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan
aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola
belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran interaktif
melalui komputer dan internet.
Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator
pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.
Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa
mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis
seperti sekarang ini, akan tetapi berupa:
(1) Komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan
materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat
atau didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara,
(2) Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb.
(3) Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV,
(4) Alat-alat musik,
(5) Alat olah raga, dan
(6) Bingkisan untuk makan siang.
Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu
nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu
belajar. Meskipun teknologi komunikasi dan informasi dalam bentuk
komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses
pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain
masih banyak kelemahan dan kekurangannya. Kadang-kadang anak-anak lebih
bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi
yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu
bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat
sosial.
Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan
informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang
memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak
sekolah dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat
mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis
tangan, menggambar, berhitung, dan lainnya. Dalam hubungan ini guru
perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara
proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang
tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing.
Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu
(1) Siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru,
(2) Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan
(3) Guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan
alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencapai
standar akademik.
Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini, kreativitas
dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan
berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan
beberapa alasan antara lain:
Kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya,
Kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah,
Kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan
Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang
memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari
segi afektifnya, kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa
ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko,
tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu
ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain,
dan sebagainya.
Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan
penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya,
kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan
memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal. Dengan memperhatikan
ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memberikan peluang untuk
berkembangnya kreativitas dan kemandirian siswa. Pembelajaran dengan
dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang
orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh
untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK, siswa akan
memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam
sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang
kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal
pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan
komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain. Semua
hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa
memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam
melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini
guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk
TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi
pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi
harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran
tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan
hanya salah satu sumber informasi.
Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer,
Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru
mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor,
manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang.
Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar
bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa.
Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu
menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama.
Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk
mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai
kegiatan lain di luar mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara
terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta
meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus
selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan
digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang
mandiri yaitu guru yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya
inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh komitmen dan rasa
percaya diri yang tinggi sebagai basis kualitas profesionalisme seorang
guru.
http://digikidz.id/peranan-teknologi-dalam-pendidikan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar